Interpretasi Etnometodologi Masyarakat Melayu : Waktu, Praktik, dan Tatanan Sosial
DOI:
https://doi.org/10.31849/jib.v21i2.26471Keywords:
Konsep Waktu, Budaya Melayu, Dimensi Filosofis, Sistem PenanggalanAbstract
Konsep waktu merupakan elemen fundamental dalam kehidupan masyarakat Melayu, yang mencerminkan pengaruh budaya, sosial, dan keagamaan. Dalam budaya Melayu, pemaknaan waktu tidak hanya bersifat fungsional sebagai alat ukur aktivitas, tetapi juga memiliki dimensi filosofis dan religius. Sejarah mencatat bahwa pemahaman waktu dalam masyarakat Melayu berkembang melalui pengaruh Hindu, Islam, dan Barat, yang terlihat dalam bahasa, tradisi, serta sistem penanggalan yang digunakan. Masyarakat Melayu memiliki pendekatan fleksibel terhadap waktu, yang sering kali bertentangan dengan standar ketepatan waktu dalam budaya modern. Konsep "jam karet" mencerminkan nilai sosial yang lebih mengutamakan keharmonisan daripada ketepatan waktu yang kaku. Dalam perspektif keagamaan, waktu memiliki peran sentral dalam menjalankan ibadah seperti salat lima waktu dan puasa Ramadan, yang menegaskan pentingnya keteraturan dalam dimensi spiritual. Kajian ini juga menyoroti perbedaan konsep waktu dalam bahasa Melayu, di mana kata-kata seperti masa, waktu, dan zaman memiliki makna yang bervariasi dan mengalami perubahan akibat pengaruh bahasa Sansekerta, Arab, dan Inggris. Selain itu, pemaknaan waktu juga terlihat dalam struktur sosial masyarakat Melayu, di mana usia menjadi faktor penting dalam menentukan hierarki sosial dan bentuk interaksi. Dengan semakin kuatnya pengaruh globalisasi dan modernisasi, terjadi transformasi dalam cara masyarakat Melayu memahami dan mengelola waktu. Meskipun teknologi telah meningkatkan efisiensi dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai tradisional masih tetap bertahan dalam berbagai aspek kehidupan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana konsep waktu dalam budaya Melayu terus berkembang, serta tantangan dalam menyeimbangkan antara tradisi dan modernitas.
References
Adam, B. (2002). Perceptions of time. In Companion encyclopedia of anthropology (pp. 537-560). Routledge.
Ali, K. K. (2022). A DISCOURSE ON THE MALAY CULTURAL IDENTITY WITHIN THE MALAYSIAN SOCIETY. Kajian
Malaysia: Journal of Malaysian Studies, 40(1).
Anwar, K. (2020). Reinstating Malay manuscripts as cultural heritage through locating personal manuscripts
collections and re-discovering the art of manuscript recital of the Malay community in Singapore.
Awang, I. (1997). A Comparison of Present Time and Tense in English and Malay Fakulti Bahasa dan Linguistik,
Universiti Malaya].
Bluedorn, A. C., Kaufman, C. F., & Lane, P. M. (1992). How many things do you like to do at once? An introduction
to monochronic and polychronic time. Academy of Management Perspectives, 6(4), 17-26.
Chambert-Loir, H. (2010). Kolofon Melayu. Filologi dan Islam Nusantara. Jakarta: Kementrian Agama RI Badan
Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan.
Doggett, L. E. (2003). The Calendar. In The History of Science and Religion in the Western Tradition (pp. 392-395).
Routledge.
Garfinkel, H. (2023). Studies in ethnomethodology. In Social Theory Re-Wired (pp. 58-66). Routledge.
Hall, E. T. (1984). The dance of life: The other dimension of time. Anchor.
Hattiangadi, J. (2005). The emergence of minds in space and time. The mind as a scientific object: Between brain
and culture, 79-100.
Heidegger, M. (1992). History of the concept of time: Prolegomena (Vol. 717). Indiana University Press.
Heritage, J. (2013). Garfinkel and ethnomethodology. John Wiley & Sons.
Ismail, R., Gopalasamy, R. C., Saputra, J., & Puteh, N. (2019). Impacts of a colonial policy legacy on indigenous livelihoods in Peninsular Malaysia. Journal of Southwest Jiaotong University, 54(5).
Kaufman‐Scarborough, C. (2017). Monochronic and polychronic time. The international encyclopedia of
intercultural communication, 1-5.
Kusmanto, T. Y., & Elizabeth, M. Z. (2018). Struktur dan sistem sosial pada aras wacana dan praksis. JSW (Jurnal
Sosiologi Walisongo), 2(1), 39-50.
Omar, A. H. (1983). The Malay peoples of Malaysia and their languages.
Omar, A. H. (1987). Malay in its sociocultural context. (No Title).
Omar, A. H. (1993). Time as reflected in traditional Malay story-telling.
Parhan, M., Maharani, A. J., Haqqu, O. A., Karima, Q. S., & Nurfaujiah, R. (2022). Orang Indonesia dan jam karet:
Budaya tidak tepat waktu dalam pandangan Islam. Sosietas: Jurnal Pendidikan Sosiologi, 12(1), 25-
Payne, S. J. (1993). Understanding calendar use. Human-Computer Interaction, 8(2), 83-100.
Santoso, A. (2008). Jejak Halliday dalam linguistik kritis dan analisis wacana kritis. Jurnal Bahasa dan Seni, 36(1), 1-
Seran, D. A. (2024). Menelaah Persepsi A Priori Ruang dan Waktu Menurut Immanuel Kant. Human Narratives,
(1), 44-50.
Singaravelu, S. (1993). Some Aspects of the Indian Perception of Time and Space. Language Centre, University of
Malaya.
Sudikan, S. Y. (2015). Pendekatan interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner dalam studi sastra.
Paramasastra: Jurnal Ilmiah Bahasa Sastra Dan Pembelajarannya, 2(1).
Vom Lehn, D. (2016). Harold Garfinkel: The creation and development of ethnomethodology. Routledge.
White, L. T., Valk, R., & Dialmy, A. (2011). What is the meaning of “on time”? The sociocultural nature of
punctuality. Journal of cross-cultural psychology, 42(3), 482-493.
Zain, S. M. (2021). Bahasa Campa Sebelum Abad Ke-19 M: Pencapaian Ilmunya Dan Pengayaan Bahasa Melayu
Kini (Campa Language Before 19th Century AD: Knowledge Achievement And Enrichment In Malay
Language). Jurnal Arkeologi Malaysia, 34(2).
Downloads
Published
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
1. Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
2. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
