VALENTINE DAY: HEGEMONI BUDAYA DAN KAPITALIS

  • Essy Syam
Keywords: Hegemoni, Kapitalis, Valentine, Budaya

Abstract

Perkembangan budaya di dunia diwarnai oleh tarik ulur kepentingan kekuasaan dari dua kubu; penguasa dan masyarakat. Dalam tarik ulur ini, dominasi penguasa terhadap masyarakat tidak lagi dilakukan dengan dominasi fisik karena akan menimbulkan resistensi dan perlawanan fisik pula. Karena itulah suatu bentuk kekuasaan perlu dilestarikan dengan cara yang efektif yaitu dengan cara mendapatkan persetujuan dari kelompok yang didominasi. Cara ini oleh seorang pemikir Italia Antonio Gramsci dinamakan hegemoni (hegemony)
Hegemoni budaya dan hegemoni kapitalis dengan jelas dapat ditemukan dalam berbagai produk budaya yang diciptakan dan dikondisikan oleh kelompok dominan (penguasa) terhadap kelompok subordinat (masyarakat). Salah satu produk budaya yang sarat dengan hegemoni budaya dan kapitalis adalah perayaan hari Velentine yang dirayakan oleh masyarakat pendukungnya hampir di seluruh dunia. Perayaan Valentine ini menjadi budaya global karena dengan kemampuan intelektual dan moral, kelompok dominan mensosialisasikan sisi-sisi positif perayaan ini sehingga dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat pendukungnya.
Selain itu, pada saat yang sama, perayaan ini memberi keuntungan pada kelompok kapitalis karena dengan kekuatan modal kelompok ini mampu mengkondisikan perayaan Valentine seperti yang mereka harapkan. Produksi item-item yang di-identikkan dengan perayaan Valentine seperti; kartu, bunga, coklat, berlian, boneka, kue, sampai kepada semua pemak-pemik bemuansa pink merupakan bukti bagaimana ideologi kapitalis yang hegemonik bekerja dengan efektif.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2007-02-16
Section
Articles
Abstract viewed = 984 times
PDF downloaded = 542 times