ANALISIS SIMBOLIK STRUKTURAL BURUNG ENGGANG PADA MASYARAKAT DAYAK

  • Manarul Hidayat Universitas Diponegoro
Keywords: Symbol, Levi-Strauss, hornbills, Dayak society

Abstract

Hornbills or Buceros sp. are often used in various Dayak society activities, both of body parts and body illustrations. It shows that hornbills means very important for Dayak society. The importance and sacredness of hornbills can be seen through the structural symbolic concept of Levi-Strauss, which sees myth as starting from its structure before developing into a set of objects and phenomena in the application. Hornbills are believed to play an important role in various aspects of life, through this found concept development that includes objects and phenomena such as buildings, clothing, weapons, leadership and brotherhood, performances, and ceremonies.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Adji, B.D., dkk. (2018). Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Rangkong Gading (Rhinoplax vigil) Indonesia 2018-2028. KLHK Republik Indonesia.

Alfonsius. (2016). “Masyarakat Adat Punan Dulau: Ditipu, Dimiskinkan, dan Diadu Domba” dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat Atas Wilayahnya di Kawasan Hutan, hlm. 231-243. Komnas HAM Republik Indonesia.

Bennett, E.L., dkk. (1997). “Hornbills Buceros Spp. and Culture in Northern Borneo: Can They Continue to Co-Exist?” dalam Biological Conservation Vol. 82 No. 1 hlm. 41-46. Wildlife Conservation Society.

Darajati, W., dkk. (2016). Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2015-2020. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Darmadi, H. (2017). “Dayak and Their Daily Life” dalam Journal of Education, Teaching, and Learning, Vol. 2 No. 1 hlm. 101-105. Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan PGRI Pontianak.

Hanum, I.R. dan D. Dahlan. (2018). “Makna Mitos Cerita Burung Enggang di Kalimantan Timur” dalam CaLLs, Vol. 4 No. 1. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman Samarinda.

Hernowo, J.B. (1989). “Suatu Tinjauan terhadap Keanekaragaman Jenis Burung dan Peranannya di Hutan Lindung Bukit Soeharto Kalimantan Timur” dalam Media Konservasi, Vol. 2 No. 2 hlm. 19-32. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Kresandini, A. (2016). Estetika Batang Garing dalam Karya Perhiasan (Skripsi). Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Kusumaningrum, T.A. (2018). Jelajah Arsitektur Lamin Suku Dayak Kenyah. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Lenjau, M., dkk. (2012). “Rattan and Bamboo: Handicraft of the Kenyah” dalam Plaited Arts from the Borneo Rainforest. Jakarta: The Lontar Foundation.

Levi-Strauss, C. (1966). The Savage Mind. Hertfordshire: The Garden City Press Limited.

Noorhidayah, dkk. (2006). “Potensi dan Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Hutan Kalimantan dan Upaya Konservasinya” dalam Jurnal Analisis Kebijakan
Kehutanan, Vol. 3 No. 2 hlm. 95-107. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.

Peursen, C.A. van. (1988). Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Riwut, T. (2007). Kalimantan Membangun. Yogyakarta: NR Publishing.

Saifuddin, A.F. (2005). Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.

Samsoedin, I., dkk. (2010). “Konsep Tata Ruang dan Pengelolaan Lahan pada Masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur” dalam Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Vol. 7 No. 2 hlm. 145-168.

Santosa, P. dan Djamari. (2016). “Kajian Historis Komparatif Cerita Batang Garing” dalam KANDAI, Vol. 11 No. 2 hlm. 248-265. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Sellato, B. (1990). “Hornbills, Dragons, and Aoheng Dayak: Get Ready for 21st Century” dalam Voice of Nature, Vol. 20 hlm. 36-39.

Sellato, B. (2002). Innermost Borneo: Studies in Dayak Cultures. Singapore: Singapore University Press.

Widjaja, M.U. dan L.K. Wardani. (2016). “Makna Simbolik pada Rumah Betang Toyoi Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah” dalam Dimensi Interior, Vol. 14 No. 2 hlm. 90-99. Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra Surabaya.
Published
2021-08-30
Section
Articles
Abstract viewed = 752 times
PDF downloaded = 772 times