Makna Kearifan Lokal Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Bengkalis Negeri Junjungan
Abstract
Pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah mengutus Hang Nadim ke Bengkalis, Bukit Batu dan Siak-Gasib. Pada hakikatnya sejarah dan tamadun Bengkalis tidak terputus, bahkan data-data yang mendukung tentang kewujudan Bengkalis dapat ditemui dalam beberapa buku sejarah. Bengkalis maju dan berkembang seiring dengan kemajuan daerah-daerah lain yang ada di pesisir Selat Malaka, Pertumbuhan penduduk dan ekonomi pada masa ini menjadikan bangunan-bangunan arsitektur tradisional bercirikas melayu pada kawasan tersebut sudah mulai hilang dimakan usia dan tergusur oleh kebijakan. kebudayaan material dan spiritual dari berbagai etnik, strata sosial, ekonomi dan system pemerintahan kejayaan pada masa lalu yang sekarang disebut negeri junjungan, yang dapat dilihat melalui bentuk-bentuk bangunan dengan susunan lingkungan yang ada. Dengan melakukan analisis dan pendataan tentang budaya lokal serta implementasi perwujudan rumah sebagai identitas. Sehingga rumah bukan saja sebagai tempat kehidupan keseharian, tetapi juga menjadi kebanggaan dan lambang kesempurnaan hidup masyarakat yang bermukim pada lingkungan tersebut.
Downloads
References
Boedojo, P. dkk. (1986). Arsitektur Manusia, dan Pengamatannya.
Budiharjo, E. (2004). Arsitektur dan Kota di Indonesia.
Dahlan, A. (2014). Sejarah Melayu.
Effendi, T. (2013). Lambang Dan Falsafah Dalam Seni Bina Melayu.
Samra, B. (2015). Konsep Ruang Dalam Rumah Lama di Kawasan Senapelan Pekanbaru. Jurnal Arsitektur (Arsitektur Melayu Dan Lingkungan), 2(2503–3859), 23–36. Retrieved from https://ejurnal.unilak.ac.id/index.php/arsitektur/article/view/463
Sardjono, A. B., & Nugroho, S. (2014). Menengok Arsitektur Permukiman Masyarakat Badui. Modul, 14(0853–2877), 87–94.
Copyright (c) 2018 Author and Journal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
1. Jurnal Pustaka Budaya is an electronic journal that freely available. Papers that submitted to this journal are published under the terms of the Creative Commons License. The terms of the license are:
- Attribution. The licensor permits others to copy, distribute, display, and perform the work. In return, licensees must give the original author credit.
- Noncommercial. Others permits to copy, distribute, display, and perform the work as long as not use the work for commercial purposes — unless they get the licensor's permission.
- No Derivative Works. The licensor permits others to copy, distribute, display and perform only unaltered copies of the work -- not derivative works based on it.
The full terms of the Creative Commons License please see at their Web site.
No claim on copyright is made by the publisher. Persons or publishers wishing to download a paper for whatever use (other than personal study) must contact the author for permission.
2. However, in submitting to Jurnal Pustaka Budaya, authors agree to their paper being published under the terms set out above.
3. It is assumed that, when an author submits a paper to Jurnal Pustaka Budaya, he or she is the legal copyright holder and no other claim to the copyright exists.